Menanti Batik Tanah Liek
Geliat industri mode tanah air semakin mengagumkan. Tentunya, pergerakan tersebut tidak berdiri sendiri. Banyak komponen-komponen yang mendukung dan memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan sektor industri mode.
Mereka adalah media massa, pengamat mode, komunitas mode, lembaga-lembaga terkait, peran pemerintah, para perajin, kreativitas perancang mode, regenerasi pelaku mode, dan tentunya didukung nyata oleh beberapa gelaran pekan mode yang ada di kota-kota besar di Indonesia.
Ini merupakan wujud nyata bahwa Indonesia ternyata mampu menciptakan mata angin sendiri.
Jika kita lihat, atmosfernya pun berbeda, tidak hanya maju dalam fashion modern saja tetapi industri fashion dan perancang mode yang bernafaskan budaya pun mencuri perhatian. Berkarya sembari melestarikan!
Tidak sedikit perancang mode tanah air yang sudah berhasil menggarap wastra nusantara untuk dijadikan inspirasi dalam merancang sebuah koleksi.
Mereka menggali kain-kain tradisional dengan motif dan corak yang sudah akrab bagi masyarakat kita seperti batik Jawa, batik Pesisiran, tenun dari Timor, songket Sumatra dan lainnya.
Namun, sepertinya ada satu yang terlewatkan, menurut saya, yaitu Batik Tanah Liek dari tanah Minangkabau.
Minangkabau memang tidak terkenal akan batik. Kota rendang dan kripik balado ini lebih dikenal dengan pesona kilau songket berbenang emasnya dan kerajinan sulam tangan.
Siapa sangka, Batik Tanah Liek juga memiliki pesona yang luar biasa. Namun, sepertinya belum banyak perancang mode yang sudah atau ingin mempopulerkan Batik Tanah Liek.
Refleksi pesona Batik Tanah Liek menebarkan keindahan warna dan motif yang sangat mem-bumi.
Warna-warna alam seperti coklat tua, coklat muda, krem, hitam, hijau muda, merah muda, dan oranye, merupakan warna familiar dari Batik Tanah Liek.
Motifnya pun cenderung kepada motif-motif alam, sesuai dengan pepatah Minangkabau yaitu “Alam Takambang Jadi Guru”, yang memiliki arti “Apa yang ada di alam, apa yang diberikan alam dapat dijadikan sebuah pelajar berharga, dan manusia dapat hidup jika mampu memaknai alam dengan benar,”.
Motifnya seperti burung hong, siriah dalam carano, batuang kayu, kuciang lalok, kaluak paku, lokcan, tari piring, kipas, itiak pulang patang, saik galamai, pucuak rabuang, dan motif-motif yang menunjukan simbol kedaerahan lainnya di Minangkabau.
Untuk motif-motif ini sebenarnya tidak hanya ada di kain Batik Tanah Liek, tetapi juga tersebar di hampir seluruh ukiran pada dinding rumah gadang.
Setiap motif memiliki filosofi kehidupan yang mendalam bagi masyarakat Minang. Salah satunya adalah motif pucuak rabuang yang merupakan motif sakral bagi masyarakat Minang.
Motif tersebut mengandung arti bahwa tidak ada kehidupan yang sia-sia, setiap umur memiliki nilai guna yang dapat dibermanfaat bagi lingkungan.
Motif-motif tanah liek ini sangat unik, susunan motifnya penuh dan diisi dengan hiasan-hiasan pelengkap dengan motif abstrak. Daya pikat Batik Tanah Liek begitu melekat, terlebih ketika disandang.
Bundo kanduang Tanah Minang menjadi tampak lebih berkuasa ketika mengenakan Batik Tanah Liek yang biasa dijadikan alat pelengkap busana baju kurung seperti takuluak kopong (hiasan kepala Bundo Kanduang, Luhak Limopuluah) dan lambak atau sandang (selempang).
Ingin hati rasanya melihat Batik Tanah Liek dilirik oleh perancang busana kenamaan Indonesia dan melahirkan sebuah koleksi spektakuler seperti mereka melahirkan koleksi-koleksi tenun ikat, tapis Lampung, batik Jawa, atau songket.
Membawa Batik Tanah Liek untuk masuk kedalam pentas pekan mode dan berlenggak lenggok dengan penuh martabat. Batik tanah liek semoga engkau tak dilupa generasi.